Sesungguhnya (ada) seseorang yang sholat selama enam puluh tahun, namun tidak ada satu sholat pun yang diterima. Barangkali orang itu menyempurnakan ruku’ tapi tidak menyempurnakan sujud. Atau menyempurnakan sujud, namun tidak menyempurnakan ruku’nya.”
(Hadits hasan riwayat al-Ashbahani dalam at-Targhib, lihat ash-Shahihah no. 2535)
Astagfirullah, sungguh mengerikan jika kita rajin melaksanakan sholat, namun tidak memperhatikan rukun-rukunnya dengan baik, dari mulai berwudhu, takbiratul ihram, ruku’, sujud, hingga memastikan kekhusyukan dan niat sholat untuk Allah dan bukannya riya’, karena ingin dianggap sebagai orang saleh oleh orang lain.
Tak heran jika sholat yang kita lakukan bisa tak bernilai pahala melainkan hanya sepersepuluh sepersembilan, atau paling besar hanya setengahnya saja.
Sesungguhnya seseorang benar-benar selesai (dari sholat) namun tidak dituliskan (pahala) baginya melainkan hanya sepersepuluh dari sholatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau setengahnya.” (Hadits shohih riwayat Imam Abu Daud)
Padahal, amalan yang paling pertama dihitung kelak di akhirat adalah shalat. Jika shalatnya baik, insya Allah amalan dan ibadah lainnya akan Allah terima, namun jika sholat saja sudah buruk, maka amat mungkin amalan lainnya tidak diperhitungkan, Naudzubillah.
Sesungguhnya pertama kali yang dihisab (ditanya dan diminta pertanggungjawaban) dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya.” (HR. Tirmidzi)
Maka, marilah kita senantiasa memperbaiki amalan shalat kita, agar Allah melihat bahwasanya shalat yang kita lakukan tidak hanya sekadar gerakan tanpa jiwa, melainkan juga kita hadirkan hati kita ke hadapan-Nya.